Renungan Malam Nisfu Sya’ban di Tengah Wabah

 


Sekarang kita berada di bulan Sya’ban dan tidak lama lagi kita akan bertemu dengan bulan Ramadhan. Nisfu Sya’ban adalah sebuah peringatan yang dilakukan di pertengahan bulan Sya’ban, yakni tanggal 15 Sya’ban—bulan ke delapan dalam kalender Hijriyah—yang secara umum berarti Pertengahan Bulan Sya’ban. Dalam dinamika kehidupan masyarakat, keberadaan malam nisfu Sya’ban menjadi fenomena umat muslim yang perlu menjadi renungan bersama, baik untuk menambah kadar keimanan maupun dalam rangka mewujudkan kehidupan yang harmonis. Pola peribadatan yang terbangun menjadi sebuah tradisi yang berlaku secara turun-temurun hingga setiap tahunnya malam nisfu Sya’ban menjadi momen yang ditunggu-tunggu masyarakat muslim Nusantara.

Perlu menjadi pamahan dan renungan kita bersama bahwasanya Islam tidak anti-budaya dan tidak anti-tradisi. Dalam menyikapi budaya dan tradisi yang berkembang di luar Islam, Islam akan menyikapinya dengan bijaksana. Ketika sebuah tradisi dan budaya tidak bertentangan dengan agama, maka Islam akan mengakui dan melestarikannya.

Pesan penting yang harus kita renungi bersama bahwa saat ini kita berada pada fase menjelang masuknya bulan Ramadhan. Setelah setahun menunggu datangnya bulan Ramadhan, kita akan melepas kerinduan untuk beribadah, bersilaturahmi, dan menjalin ukhuwah Islamiah dalam simpul tarawih, tadarus Al-Quran, itiqaf dan berbagai amalan lainnya selama bulan Ramadhan.

Setelah setahun menunggu, ternyata kita kini dirundung kecemasan. Kecemasan ini mendunia, bukan hanya dirasakan umat muslim Indonesia. Kecamasan akan nilai kerinduan shalat berjamaah, kekhusyukan dalam menjalankan puasa dan berbagai kecemasan lainnya.


Hal ini tergambarkan oleh ekspresi masyarakat hari ini bahwa hawa Ramadhan sudah menyelinap ke dalam relung hati mayarakat muslim. Ada doa yang terpatri dalam hati dan pikiran, agar wabah Covid 19 dapat segera berakhir sebelum masuknya bulan suci Ramadhan.

Kecemasan lainnya yang mulai muncul dalam pikiran masyarakat yaitu tradisi mudik Lebaran menjadi teror yang menakutkan ketika ada gambaran kerumunan masyarakat di antrean bandara, desakan penumpang di dalam bus dan kereta api, interaksi para pemudik di sepanjang pelayaran, itu semua tidak menjamin akan terbebas dari wabah Covid 19.

Terhadap hal tersebut, tidak salahnya kita berintrospeksi diri dalam heningnya sepertiga malam, merenungi dan berusaha menemukan hikmah bahwa sesungguhnya Ramadhan di tahun ini adalah Ramadhan yang istimewa, karena olehnya kita diuji sampai sejauh mana kerinduan kita yang sesungguhnya  terhadap datangnya bulan mulia ini.

Bulan Sya’ban kali ini pun merupakan Sya’ban yang istimewa, karena kita dituntut untuk membaca diri kita, membaca makna alam, melihat ke seluruh permukaan bumi ini bahwa ada satu ciptaan Allah SWT dalam ukuran sangat kecil, mampu menumbangkan kesombongan dunia.

Maka inilah saatnya memantapkan hati kita mengamalkan pesan-pesan Sya’ban yang turun-temurun diwariskan kepada umat muslim dunia. Mari menghidupkan malam Sya’ban dengan berzikir, bertafakur, berserah diri, memperbanyak membaca Al-Quran, melaksanakan shalat-shalat sunnah, bersedekah, saling tolong-menolong,

Sebagai makhluk Allah yang penuh kelemahan, hendaknya kita harus secara terus-menerus merenungi makna hakiki dari kehidupan, menjadikan setiap ujian sebagai media mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta. Pada satu titik kita kadang merasa ada kekosongan dalam hati dan pikiran sehingga terketuk hati kita untuk segera memenuhi panggilan ilahi.

Renungan atas ujian yang diberikan oleh Allah berupa wabah covid 19 yang setiap detik membuat kita harus waspada, menghindari segala kemungkinan-kemungkinan yang bisa menyebabkan terjadinya penularan. Itu sebagai sebuah pesan bahwa sesungguhnya banyak cara Allah SWT memberikan kita ujian hidup, agar kita selalu mendekatkan diri kepada-Nya.

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post